Sunday, January 6, 2013

Food Not Bombs dan Anarkisme.



Karena makanan adalah hak semua orang, bukan segelintir orang!
Karena kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong!
Karena kapitalisme menjadikan makanan sebagai sumber profit!
Karena makanan tumbuh pada tanaman!
Karena kita butuh lingkungan bukan kendali!
Karena kita butuh rumah bukan penjara!
Karena kita butuh makanan, bukan bom!


Saat ini di berbagai penjuru dunia telah terbangun kelompok-kelompok yang aktivitasnya adalah membagikan makanan secara gratis kepada siapapun yang tidak mampu membeli makanan. Kelompok-kelompok ini selain mengampanyekan sikap anti-kemiskinan mereka, secara lebih jauh bertujuan menciptakan tatanan masyarakat yang bersifat non-kekerasan. Walaupun memang banyak kelompok yang melakukan aktivitas tersebut dalam berbagai nama, namun terdapat satu kelompok akar rumput yang sangat konsisten dan telah berkembang secara internasional, yaitu Food Not Bombs (FNB).

Berawal dari San Fransisco, FNB begitu cepat menyebar mulai dari Amerika Utara, Eropa, bahkan hingga ke negara-negara Asia seperti Malaysia dan Indonesia (seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan di beberapa kota). Pola FNB, struktur beserta seluruh tujuannya sangat berkaitan erat dengan orientasi anarkis. Masalah ideologis ini sendiri pada akhirnya menjadi prinsip-prinsip aksi politis FNB dan sebuah pernyataan terhadap visi yang diadopsinya. Visi ini meliputi, mulai dari dedikasi grup terhadap perjuangan anti-perang, kritik terhadap relasi sosial masyarakat kapitalisme hingga pembangunan kebun komunitas sebagai sebuah aksi langsung menuju tatanan masyarakat yang seimbang dengan ekosistem.

Aksi politis radikal telah membuat kita mengisi keseharian dengan sesuatu yang lebih berarti, yang memberi energi dan vitalitas kepada impian-impian kita sendiri. Disaat kita mulai mengerti bagaimana aktivitas kita berkaitan dengan gerakan yang lebih besar demi keadilan sosial dan ekonomi, hal tersebut membantu memberikan inspirasi sekaligus motivasi untuk terus mengumpulkan dan membagikan makanan, atau sekadar bangun tidur lebih awal kemudian membuat kopi dan sepotong roti untuk dibagikan kepada mereka yang melakukan aksi pemogokan. Perubahan sosial yang radikal dibangun dari hari ke hari dengan menyadari bahwa setiap individu adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri. Jadi apalagi yang perlu dibahas?

Penting bagi sebuah kelompok untuk memahami dimana posisi dan apa visinya tentang sebuah tatanan masyarakat yang diimpikan. Para anarkis membayangkan dunia bebas dimana tindakan diambil atas keputusan bersama, dan berjalan tanpa penindasan. Sangatlah berguna jika kita menyadari pentingnya menempatkan prinsip-prinsip kita secara fleksibel dan inklusif, tetapi di saat yang sama sangatlah penting pula untuk menjaga agar ide-ide kita tidak termoderasi dan terkooptasi.

FNB mengombinasikan ide-ide tersebut dengan prinsip desentralisasi, penguatan kolektif dan individu, feminisme dan strategi pengorganisiran anti-hirarki. Karena itu kita juga jangan pernah beranggapan bahwa aktivitas pembagian makanan secara gratis sebagai tindakan amal. Pola pikir amal bukannya tidak berguna, namun seringkali orang-orang tidak mampu menemukan inti penyebab kelaparan dan kemiskinan karena mereka berpikir dengan sumbangan uang telah menyelesaikan masalah, tanpa pernah berusaha menyerang institusi yang menimbulkan segala ketidakadilan dan ketimpangan sosial. Kita seharusnya lebih fokus pada penentangan terhadap struktur kekuasaan yang selama ini menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Ide-ide dan keyakinan seperti itulah yang harus diekspresikan dalam berbagai pertemuan, dituliskan dalam berbagai literatur dan disuntikkan ke dalam cara kita mengorganisir kelompok kita sendiri, membangun solidaritas dengan grup, komunitas ataupun bentuk perjuangan lainnya. Ini semua adalah tentang diri kita, tentang pandangan politis kita yang memiliki visi akan sebuah dunia yang lebih baik, sebuah dunia yang berusaha kita bangun saat ini. Dan inilah alasan mengapa pembahasan masalah seperti ini menjadi sangat penting.

FNB dan Prinsip-prinsip Anarkisme

Fokus pertama biasanya berawal dari kesalahpahaman atas anarkisme (anti-otoritarian) yang selama ini diartikan sebagai perusakan, kekacauan atau aksi huru-hara. Prof. Howard Zinn, seorang pendukung FNB, mendeskripsikan anarkisme dalam bukunya "Declaration of Independent" sebagai berikut,

"Anarkis, seperti yang saya amati dan pelajari, tidaklah percaya pada anarki seperti yang dideskripsikan oleh banyak orang dan media massa—kekacauan, disorganisasi dan kebingungan dimana setiap orang bertindak semaunya. Sebaliknya, anarkis percaya bahwa masyarakat dapat dan seharusnya terorganisir dalam berbagai bentuk dimana orang-orang akan bekerja sama saat bermain dan bekerja, untuk membangun sebuah tatanan masyarakat yang lebih baik. Tetapi anarkis juga menekankan bahwa setiap kelompok harus menghindari hirarki dan perintah dari atas; harus demokratis, meraih keputusan melalui diskusi yang konstan dan berbagi argumen."

Dia juga menambahkan,

"Apa yang membuat saya tertarik pada anarkisme adalah penolakannya yang bersifat total terhadap segala bentuk otoritas negara, gereja dan dunia kerja. Anarkis percaya bahwa jika kita bisa membangun sebuah tatanan masyarakat egaliter tanpa kemiskinan dan kemakmuran yang timpang, maka kita tidak lagi membutuhkan polisi, penjara, tentara, ataupun perang, karena penyebab utama semua masalah tersebut sudah lenyap."

Howard Zinn menulis pendahuluan dalam beberapa buku FNB dan secara konsisten terus menentang serangan polisi dan tindakan brutal dari pemerintah terhadap para partisipan FNB. Dalam beberapa artikel di koran, Zinn selalu memberikan pernyataan bahwa FNB memprotes sebuah sistem yang gagal untuk memenuhi kebutuhan dasar orang-orang, yaitu makanan.

Anarkisme adalah filosofi dan aksi-aksi yang bertujuan membangun tatanan sosial yang saling menguntungkan serta kontrol penuh atas keputusan politik dan ekonomi. Dalam bukunya "Anarchism and Black Revolution", Lorenzo Ervin menulis,

"Sebagai sebuah bentuk praktek, anarkis percaya bahwa kita harus membangun tatanan masyarakat baru saat ini juga. Di samping terus berjuang menghancurkan kapitalisme, kita harus terus berupaya menciptakan kelompok-kelompok yang saling menguntungkan dalam distribusi makanan, pakaian, perumahan, pengumpulan dana bagi proyek komunitas tanpa berafiliasi dengan pemerintah atau korporasi, dan tidak menjalankannya demi meraih profit, melainkan demi terpenuhinya kebutuhan sosial. Beberapa komunitas telah terbangun saat ini dan mengajarkan para partisipannya sebuah pengalaman praktek swakelola yang akan mengurangi ketergantungan terhadap sistem. Singkatnya, kita dapat mulai membangun infrastruktur bagi masyarakat komunal, sehingga orang-orang dapat melihat apa yang mereka perjuangkan dan untuk apa, bukan hanya sekadar ide di kepala seseorang. Dan itulah jalan menuju kebebasan".

Kita dapat membuat ide-ide kooperasi, solidaritas, egalitarianisme dan tatanan masyarakat tanpa kekerasan menjadi populer melalui aksi yang kita lakukan dan politik yang kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Politik yang dekat dengan realita kehidupan keseharian di masyarakat. Dan salah satu cara untuk menerapkan politik radikal dalam tatanan sosial dimana masih terdapat banyak sekali kemiskinan dan kelaparan adalah dengan menyediakan makanan gratis!