Kita hidup di sebuah planet yang dihancurkan oleh relasi sosial berdasarkan uang dan operasi pasar. Tanpa mengesampingkan segala retorika atau kekerasan fisikal yang saling ditawarkan dalam upaya mereka mendominasi dunia, kelompok Kiri atau para borjuis kecil populis, pemerintahan dan calon-pemerintah, politisi dan kekuatan polisi di negara manapun eksis untuk melindungi sekaligus memapankan sistem kapitalisme yang berlaku saat ini. Partai politik dan politisi yang berbeda mengusulkan strategi dan manajemen yang berbeda pula untuk kepentingan kapital. Tanpa mengesampingkan jargon-jargon Obama dan SBY, Warner-Bros dan MTV, Fidel Castro dan Hugo Chavez, lobi-lobi ekologis dan grup-grup LSM, semuanya setuju dengan hal ini: dunia kerja dan sistem buruh-majikan harus tetap dipertahankan berapapun harga yang harus dibayar. Namun, apa itu kapitalisme tidak pernah diidentifikasikan dalam sebuah terminologi yang spesifik bahkan seringkali isu ini dihindari untuk diperdebatkan.
Tampak wajar dan biasa saja memang fakta-fakta ini—bahwa seorang individu tak memiliki apapun selain tenaga dan keahlian, bahwa kita harus menjualnya pada sebuah perusahaan untuk dapat bertahan hidup, bahwa segala sesuatu eksis apabila ia dapat diperdagangkan, bahwa relasi sosial selalu berkisar di sekitar uang dan pertukaran komoditas—adalah hasil dari sebuah proses panjang dan penuh kekerasan.
Dunia yang kita tinggali adalah dunia kapitalisme, suka atau tidak suka. Dimapankan dan dikembangkan melalui teror, mistifikasi dan kelembaman, kapitalisme dalam sejarahnya adalah sebuah bentuk spesifik masyarakat kelas yang didasarkan pada eksploitasi kekuatan kerja manusia sebagai sebuah komoditas, tentang tenaga kerja upahan, uang dan produksi barang-barang tak berguna. Empire, sebagai sebuah istilah untuk menyebut kekuatan kapitalisme lanjut, dengan pasar bebas, perdagangan hasrat dan komodifikasi, adalah sebuah sistem totalitarian yang telah berhasil menundukkan dunia, mengeringkan kehidupan manusia serta ekosistem planet dalam sebuah perilaku yang penuh akselerasi. Tetapi dalam progresivitasnya kapitalisme juga telah memberikan peningkatan pada kekuatan sosial yang dapat membawa sistem itu sendiri pada kehancurannya, serta lahirnya sebuah model hidup yang baru; melalui kekuatan-kekuatan dari para proletariat era baru yang disebut multitude, yang masih berdiri melawan kekuatan besar tak terkalahkan dari Empire ini.
Perjuangan kelas melawan Empire tetap menjadi sebuah kekuatan pembebasan besar dalam seluruh waktu kita. Melalui perjuangan kelas, kita tidak hanya mengobarkan perjuangan antara buruh versus majikan seperti yang diyakini kelompok-kelompok Kiri yang telah ketinggalan jaman. Perang kelas era baru ini merangkul seluruh perjuangan dari mereka yang dipinggirkan, mereka yang tak dihitung dalam masyarakat kapitalisme, para pekerja dan pengangguran, urban dan rural, gaji rendahan dan gaji puluhan juta. Kobaran perang kelas dinyalakan demi pengambilalihan kontrol atas hidup kita sendiri baik di luar ataupun di dalam relasi sosial kapital.
Partai-partai komunis atau sosialis dalam berbagai namanya, demokrat sosial, Leninis dan seluruh turunan mutasinya, LSM-LSM yang kekiri-kirian, semuanya hanyalah sayap kiri dari spektrum ideologis kapitalisme itu sendiri. Setiap grup politis yang tidak secara terbuka dan eksplisit berkomitmen melawan sistem kerja dan buruh upahan jelas adalah sebuah kontra-revolusioner. Kami disini menolak kooperasi dan kolaborasi dengan seluruh LSM atau partai politik.
Gerakan pembebasan nasional adalah sebuah gerakan dimana mereka yang tereksploitasi merelakan seluruh hidupnya untuk berjuang dan mati demi ambisi-ambisi politis dari borjuis lokal atau calon borjuis pengganti di kalangan gerilyawan dan intelektual. Tidak ada pembebasan nasional yang pernah melahirkan sebuah masyarakat tanpa kelas; seluruh rezim yang diproduksi oleh perang rakyat dan perang kemerdekaan selalu menjadi agen-agen imperialisme pasar yang bertujuan mengambil keuntungan dari warga lokalnya sendiri—baik secara sukarela ataupun tidak. Setiap dukungan terhadap gerakan pembebasan nasional dan/atau untuk nasionalisme, dalam segala bentuknya adalah sebuah dukungan terhadap eksploitasi demi kepentingan kapital. IRA, PLO, GAM, OPM adalah sebuah organisasi gerilya yang lebih dekat dengan mafia daripada aksi bersenjata gerakan revolusioner yang otentik. Seperti pembebasan Timor Leste yang hanya menjadi sebuah perpindahan tangan dari otoritas pihak borjuis Indonesia kepada borjuis lokal.
Sepanjang abad 20, serikat-serikat pekerja hanya melayani kepentingan kapitalisme yang sesungguhnya justru menghambat perjuangan para pekerjanya sendiri dan secara keseluruhan melawan perjuangan kelas secara total. Sebagaimana rentetan sejarah abad 20 telah menunjukkan pada kita betapa intervensi ekonomi dan aksi-aksi serikat pekerja lebih cenderung menjadi mekanisme standar dalam tatanan masyarakat kapitalisme. Oleh karenanya, kekuatan multitude harus berjuang dan menghancurkan seluruh serikat pekerja beserta ideologi-ideologi yang menyertainya.
Abolisi terhadap kapitalisme tidak ada kaitannya dengan demokrasi, nasionalisasi industri raksasa, penggulingan kekuasaan menuju tangan kaum Kiri atau serikat pekerja. Tujuan otentik kita adalah penghapusan dunia kerja upahan itu sendiri, relasi sosial yang berdasarkan pada jual-beli, penghapusan seluruh batas nasional dan negara, dan yang terpenting memeluk negasi atas negasi, memapankan relasi sosial yang tidak lagi dinilai atas uang ataupun komoditas.
Mengesampingkan batas kemampuan kelompok multitude, revolusi-revolusi sosial di abad 20 dan aksi kekerasan radikal dari Los Angeles hingga Jakarta, dari Palestina hingga Budapest, semua adalah ekspresi embrionik dari perjuangan proletariat melawan kekuasaan kapital di seluruh dunia: semustahil apapun tampaknya tujuan perjuangan kita, ini semua tetap layak dijalani untuk menciptakan sebuah kondisi tanpa titik balik. Dan bagi kami, semua ini adalah nyata, senyata aksi kekerasan kaum miskin melawan kekerasan kemiskinan.
Bagi kami, penghancuran relasi komoditas dan kelahiran komunitas manusia yang otentik bukanlah sesuatu yang harus ditunggu kehadirannya seperti kaum religius menunggu hadirnya hari akhir atau seperti kaum Kiri yang menunggu hadirnya Revolusi Besar. Kami menginginkan agar impian kami dihidupi hari ini juga, dalam segala perilaku dan gerak langkah kecil keseharian. Kami berjuang untuk ini semua, dan kami mencari kawan dalam menjalaninya.
Bagaimana dengan kamu?